LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
STOIKIOMETRI
REAKSI
Tanggal praktikum :
16-September 2014
Tanggal
Laporan : 30-September 2014
Oleh:
GILMAN ALI REZA
1147040031
Jurusan Kimia A
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati
Bandung
2014
I.
Tujuan
1. Menentukan
koefesien reaksi berdasarkan pembentukan endapan dan perubahan temperatur.
2. Menentukan
hasil reaksi berdasarkan konsep mol.
II.
Dasar
Teori
Stoikiometri
(Stoi-kee-ah-met-tree) merupakan bidang dalam ilmu kimia yang menyangkut
hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam pereaksi kimia, baik
sebagai pereaksi maupun hasil reaksi. Stoikiometri juga menyangkut perbandingan
atom H dan O dalam molekul H₂O.
Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) adalah orang yang
pertama kali meletakkan prinsip dasar stoikiometri. Menurutnya Stoikiometri
adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan kuantitatif atau pegukuran
perbandingan antar unsur kimia satu dengan yang lain.
Reaksi
kimia biasanya antara dua campuran zat, bukannya antar dua zat murni. Suatu
bentuk yang paling lazim dan campuran adalah larutan reaksi kimia tlah
mempengaruhi kehidupan kita. Di alam sebagian besar reaksi berlangsung dalam
larutan air. Sebagai contoh cairan tubuh kita, tumbuhan maupun hewan, merupak
larutan dari berbagai jenis zat. Dalam tanah pun reaksi pada umumya berlangsung
dalam lapisan tipis lerutan yang diabsorbsi pada padatan.
Adapun contoh di kehidupan kita sehari-hari yang menggunakan reaksi kimia
seperti, makanan yang kita konsumsi setiap saat setelah dicerna diubah menjadi
tenaga tubuh. Nitrogen dan hydrogen bergabung membentuk ammonia yang digunakan
sebagai pupuk. Bahan bakar dan plastik dihasilkan oleh minyak bumi, pati
tanaman dalam daun disintesis dan dan O oleh pengaruh sinar
matahari. Pelajaran yang berkaitan dengan reaksi kimia lazim dikenal sebagi
“stokiometri”. Stokiometri adalah bagian ilmu kimia yang mempelajar hubungan
kunatitatif antara zat yang berkaitan dalam reaksi kimia.
Bila senyawa dicampur untuk bereaksi maka sering tercampur secara kuantitatif
stokiometri, artinya semua reaktan habis pada saat yang sama. Namun demikian
terdapat suatu reaksi dimana salah satu reaktan habis, sedangkan yang lain
masih tersisa. Reaktan yang habis disebut pereaksi pembatas. Dalam setiap
persoalan stokiometri, perlu untuk menentukan reaktan yang mana yang terbatas
untuk mengetahui jumlah produk yang dihasilkan. Oleh karena itu percobaan ini
dilakukan. Diharapkan kita mengerti tentang pereaksi pembatas dan
pereaksi sisa.
III.
Alat dan bahan
1. Alat
Ø Gelas
beker 50mL 4 buah
Ø Mistar
ukuran 20cm 1 buah
Ø Termometer
1 buah
Ø Tabung
reaksi 10
buah
Ø Pipet
tetes 1
buah
Ø Gelas
ukur 1
buah
2. Bahan
Ø NaOH 0,1 M
Ø NaOH 1 M
Ø CuSO4 0,1
M
Ø HCl 1
M
IV.
Cara
Kerja
1. Stokiometri
Reaksi Pengendapan
a. Pertama
sediakan gelas ukur satu buah, tabung reaksi satu buah dan satu buah pipet
tetes. Ambil 1mL NaOH 0,1 M menggunakan pipet tetes ke dalam gelas ukur dan
masukan ke dalam tabung reaksi kemudian ambil juga 5mL CuSO4 0,1 M ke dalam gelas ukur setelah
itu masukan ke dalam tabung reaksi yang berisi 1mL NaOH 0,1 M. Kemudian homogenkan.
b. Biarkan
campuran tersebut agar endapan yang terbentuk berada di dasar tabung reaksi.
c. Ukur
tinggi endapan menggunakan mistar.
d. Lakukan
langkah (a-c) dengan mengubah volume pereaksi masing-masing tetapi volume total
tetap 6mL, yaitu :
Ø
2mL NaOH 0,1 M
dan 4mL CuSO4 0,1
M
Ø
3mL NaOH 0,1 M
dan 3mL CuSO4 0,1
M
Ø
4mL NaOH 0,1 M
dan 2mL CuSO4 0,1
M
Ø
5mL NaOH 0,1 M
dan 1mL CuSO4 0,1
M
e. Buat grafik yang menyatakan hubungan antara
tinggi endapan (sumbu y) dan
volume larutan (sumbu x), sehingga
diperoleh titik optimum kurva.
f.
Dari grafik
tentukan koefesien reaksi berdasarkan titik optimum yang diperoleh. Titik
optimum menyatakan koefesien reaksi.
g.
Bandingkan
dengan koefesien reaksi yang diperoleh menyatakan persamaan reaksi.
h.
Tentukan
rendemen hasil reaksi dengan menggunakan konsep mol.
2. Stokiometri
Sistem Asam-Basa
a.
Pertama sediakan
gelas ukur satu buah, tabung reaksi satu buah dan satu buah pipet tetes. Ambil
1mL NaOH 1 M menggunakan pipet tetes ke dalam gelas ukur dan masukan ke dalam
tabung reaksi kemudian ambil juga 5mL HCl 1 M ke dalam gelas ukur setelah itu ukur
temperatur (TM) masing-masing
sebelum di campurkan.
b.
Campurkan kedua
larutan tersebut hingga volume total 6mL, ukur temperatur campuran dan catat
suhu maksimum yang konstan (TA)
c.
Lakukan langkah
(a-c) dengan mengubah volume pereaksi masing-masing tetapi volume total tetap
6mL, yaitu :
Ø 2mL
NaOH 1 M dan 4mL HCl 1 M
Ø
3mL NaOH 1 M dan 3mL HCl 1 M
Ø
4mL NaOH 1 M dan 2mL HCl 1 M
Ø
5mL NaOH 1 M dan 1mL HCl 1 M
d. Buat
grafik yang menyatakan hubungan antara perubahan temperatur (sumbu y) dan
volume asam-basa (sumbu x).
e. Dari
grafik tentukan koefesien reaksi berdasarkan titik optimum yang diperoleh.
Titik optimum menyatakan perbandingan koefesien reaksi.
f. Bandingkan
dengan koefesien reaksi yang diperoleh dari menyetarakan persamaan reaksi.
g. Tentukan
rendemen hasil reaksi dengan menggunakan konsep mol.
V.
Hasil
Pengamatan
1. Stokiometri
Reaksi Pengendapan
|
No
|
Volume
NaOH
0,1 M
|
Volume
CuSO4
0,1M
|
Hasil
Pengamatan
|
Gambar
|
|
|
Tinggi
Endapan
|
Warna
|
||||
|
1
|
1mL
|
5mL
|
0,006mm
|
Biru
(+++++)
|
![]() |
|
2
|
2mL
|
4mL
|
0,026mm
|
Biru
(++++)
|
![]() |
|
3
|
3mL
|
3mL
|
0,024mm
|
Biru
(+++)
|
![]() |
|
4
|
4mL
|
2mL
|
0,004mm
|
Biru
(++)
|
![]() |
|
5
|
5mL
|
1mL
|
0,002mm
|
Biru
(+)
|
![]() |
2.
Stokiometri
Sistem Asam-Basa
|
No.
|
Volume
NaOH 1 M
|
Volume
HCl1M
|
TM
NaOH
|
TM HCl
|
TCampuran
|
Gambar
|
|
1
|
1mL
|
5mL
|
29 °C
|
28 °C
|
31 °C
|
![]() |
|
2
|
2mL
|
4mL
|
29 °C
|
28 °C
|
32 °C
|
![]() |
|
3
|
3mL
|
3mL
|
29 °C
|
28 °C
|
34 °C
|
![]() |
|
4
|
4mL
|
2mL
|
29 °C
|
28 °C
|
33 °C
|
![]() |
|
5
|
5mL
|
1mL
|
29 °C
|
28 °C
|
33 °C
|
![]() |
VI.
Pembahasan
Pembahasan
Gilman
Ali Reza
Stoikiometri adalah perhitungan kimia yang
menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi. Reaksi
stoikiometri adalah suatu reaksi kimia dimana pereaksi dalam reaksi tersebur
habis bereaksi, sehingga tidak ada mol sisa dalam pereaksi atau tidak ada
pereaksi pembatas. Dala suatu reaksi juga terdapat reaksi eksoterm dan
endoterm. Reaksi eksoterm apabila kalor berpindah dari system ke lingkungan
sehingga suhu disekitar larutan menjadi panas sedangkan reaksi endoterm adalah
apabila kalor berpindah dari lingkungan ke sisitem, sehingga suhu system
menjadi lebih dingin.
Apabila suatu larutan berbeda dicampurkan
biasanya terjadi perubahan sifat fisik, seperti perubahan warna, suhu, bentuk,
dan lain – lain. Dalam parktikum ini yang dibahas adalah perubahan suhu. Suhu
terendah dari suatu campuran disebut titik minimum sedangkan suhu tertinggi
dari suatu campuran disebut titik maksimum. Biasanya titik maksimum didapat
apabila reaksi tersebut adalah stoikiometri.
Dalam suatu reaksi tidak semua reaktan habis.
Terkadang dijumpai salah satu reaktan habis bereaksi duluan sehingga
membatasi berlanjutnya reaksi, pereaksi ini disebut pereaksi pembatas. Dari
adanya pereaksi pembatas maka terdapat reaksi yang belum bereaksi karena
pereaksi yang lain sudah habis duluan, pereaksi yang bersisa ini disebut
pereaksi sisa.
Pada percobaan stokiometri reaksi pengendapan
dilakukan 5 perlakuan yang berbeda. Pada perlakuan pertama kami mencampurkan
1ml NaOH 0.1 M dengan 5ml CuSO4 0.1 M dengan tinggi endapan 0.006mm
dan menghasilkan warna Biru (+++++) dengan banyaknya endapan 0.004875gr.
Perlakuan kedua kami mencampurkan 2ml NaOH 0.1 M dengan 4ml CuSO4
0.1
M dengan tinggi endapan 0.026mm dan menhasilkan warna Biru (++++) dengan
banyaknya endapan 0.00975gr. Perlakuan ketiga kami mencampurkan 3ml NaOH dengan
3ml CuSO4 0.1 M dengan tinggi endapan 0,024mm dan
menghasilkan warna Biru (+++) dengan banyaknya endapan 0,0146gr. Perlakuan
keempat kami mencampurkan 4ml NaOH 0,1 M dengan 2ml CuSO4
0.1
M dan mengendap setinggi 0.004mm dan
berwarna Biru (++).Perlakuan kelima kami mencampurkan 5ml NaOH 0.1 M dengan 1ml CuSO4 0.1 M dan
menghasilkan endapan setinggi 0.002mm dan berwarna Biru (+) dan banyaknya
endapan 0.0142gr.
Pada percobaan
stokiometri sistem asam basa dilakukan 5 perlakuan yang berbeda. Perlakuan yang pertama kami mencampurkan 1ml
NaOH 1 M
dengan 5ml HCl 1 M dengan pengukuran
thermometer suhu NaOH 29 °C
dan suhu HCl 28 °C
dan suhu campurannya adalah 31 °C . Reaksi ini termasuk reaksi non
stoikiometri karena NaOH telah habis bereaksi duluan dan HCL masih barsisa.
Atau NaOH merupakan pereaksi pembatas dan HCL merupakan pereaksi sisa. Pada
perlukuan yang kedua yaitu dengan mencampurkan 2 ml NaOH 1 M dan 4 ml HCL 1 M dalam pengukuran
menggunakan thermometer didapat suhu NaOH 29 °C , suhu HCL adalah 28 °C , dan suhu campurannya
adalah 32 °C .
Reaksi ini termasuk dalam reaksi stoikiometri karena kedua reaktan habis
bereaksi. Pada
perlukuan yang ketiga yaitu dengan mencampurkan 3 ml NaOH 1 M dan 3 ml HCL 1 M dalam pengukuran
menggunakan thermometer didapat suhu NaOH 29 °C , suhu HCL adalah 28 °C , dan suhu campurannya
adalah 34 °C .
Reaksi ini termasuk dalam reaksi stoikiometri karena kedua reaktan habis
bereaksi. Pada perlakuan yang keempat yaitu dengan
mencampurkan 4 ml NaOH dan 2 ml HCL. Dalam pengukuran menggunakan thermometer
didapat suhu NaOH 29 °C ,
suhu HCL 28°C
sedangkan suhu campurannya adalah 33 °C reaksi
ini merupakan reaksi non stoikiometri karena terdapat pereaksi sisa yaitu NaOH.
Dan pada perlakuan yang kelima yaitu dengan mencampurkan 5 ml NaOH dan 5 ml
HCL. Dalam pengukuran menggunakan thermometer didapat suhu NaOH 29
°C , suhu HCL 28°C sedangkan
suhu campurannya adalah 33
°C reaksi ini merupakan reaksi non
stoikiometri karena terdapat pereaksi sisa yaitu NaOH.
Dalam
praktikum ini terdapat beberapa factor kesalahan yang membuat hasil percobaan
kurang akurat yaitu ketika pengukuran tinggi endapan dan suhu menggunakan
mistar dan thermometer.Thermometer
mengenai dinding gelas kimia dan tangan pada saat memegang thermometer kurang
ke atas, selain itu suhu ruangan yang kurang stabil serta pipet yang digunakan
telah di gunakan pada larutan.
VII.
Kesimpulan
VIII.
Daftar Pustaka
1.
Chang R., 2003, General Chemistry: The Essential Concepts, alih bahasa:
Indra Noviandri dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga.
2.
Beran & Brady, 1978, Laboratory manual for General Chemistry, New
York: John Wiley & Sons.
3. Brescia, Frank.et Al, 1980, Fundamental of
Chemistry laboratory Students. 4th Ed.New York : Academic Press,
Inc
Lampiran :
Grafik dan Perhitungan
1.
Grafik Stokiometri Reaksi
pengendepan

1.1.1
Larutan NaoH dan
CuSO4
· Reaksi
1 mL NaOH 0,1 M dan 5 mL CuSO4 0,1 M
Mol NaOH = Molaritas NaOH x Volume NaOH
=
0,1 M x 0.001 mL
=
0,0001 mmol
Mol
CuSO4 = Molaritas CuSO4
x Volume CuSO4
=
0,1 M x 0.005 mL
=
0,0005 mmol
2
NaOH (aq) + CuSO4 (aq) → Cu(OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)
Mula-mula: 0,0001 mmol 0,0005 mmol - -
Reaksi
: 0,0001 mmol 0,00005 mmol 0,0005
mmol 0,0005 mmol
Sisa: -
0.000045 mmol 0,0005 mmol 0,0005 mmol
Pereaksi
pembatas : NaOH
Pereaksi
sisa : CuSO4
Massa endapaan Cu(OH)2 yang
terbentuk :
0,05 mmol = 0,00005 mol
massa
Cu(OH)2 = mol Cu(OH)2 x
Mr Cu(OH)2
=
0,00005 mol x 97,5 gram/mol
=
0,004875 gram
· Reaksi
2 mL NaOH 0,1 M dan 4 mL CuSO4 0,1 M
2
NaOH (aq) + CuSO4 (aq) → Cu(OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)
Mula-mula: 0,2 mmol 0,4
mmol - -
Reaksi
: 0,2 mmol 0,1 mmol 0,1 mmol 0,1
mmol
Sisa: - 0,3 mmol 0,1 mmol 0,1
mmol
Pereaksi
pembatas : NaOH
Pereaksi
sisa : CuSO4
Massa endapaan Cu(OH)2 yang
terbentuk :
0,1
mmol = 0,0001 mol
massa
Cu(OH)2 = mol Cu(OH)2 x
Mr Cu(OH)2
=
0,0001 mol x 97,5 gram/mol
=
0,00975 gram
· Reaksi
3 mL NaOH 0,1 M dan 3 mL CuSO4 0,1 M
2
NaOH (aq) + CuSO4 (aq) → Cu(OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)
Mula-mula: 0,3 mmol 0,3
mmol - -
Reaksi
: 0,3 mmol 0,15 mmol 0,15 mmol 0,15
mmol
Sisa: - 0,15 mmol 0,15 mmol 0,15 mmol
Pereaksi
pembatas : NaOH
Pereaksi
sisa : CuSO4
Massa endapaan Cu(OH)2 yang
terbentuk :
0,15 mmol = 0,00015 mol
massa
Cu(OH)2 = mol Cu(OH)2 x
Mr Cu(OH)2
=
0,00015 mol x 97,5 gram/mol
=
0,014625 gram
· Reaksi
4 mL NaOH 0,1 M dan 2 mL CuSO4 0,1 M
2
NaOH (aq) + CuSO4 (aq) → Cu(OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)
Mula-mula: 0,4 mmol 0,2
mmol - -
Reaksi
: 0,4 mmol 0,2 mmol 0,2 mmol 0,2
mmol
Sisa: - - 0,2 mmol 0,2
mmol
Pereaksi
pembatas : -
Pereaksi
sisa : -
Massa endapaan Cu(OH)2 yang
terbentuk :
0,2
mmol = 0,0002 mol
massa
Cu(OH)2 = mol Cu(OH)2 x
Mr Cu(OH)2
=
0,0002 mol x 97,5 gram/mol
=
0,0195 gram
· Reaksi
5 mL NaOH 0,1 M dan 1 mL CuSO4 0,1 M
2
NaOH (aq) + CuSO4 (aq) → Cu(OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)
Mula-mula: 0,5 mmol 0,1
mmol - -
Reaksi
: 0,2 mmol 0,1 mmol 0,1 mmol 0,1
mmol
Sisa: 0,3
mmol - 0,1 mmol 0,1 mmol
Pereaksi
pembatas : NaOH
Pereaksi
sisa : CuSO4
Massa endapaan Cu(OH)2 yang
terbentuk :
0,1
mmol = 0,0001 mol
massa
Cu(OH)2 = mol Cu(OH)2 x
Mr Cu(OH)2
=
0,0001 mol x 97,5 gram/mol
=
0,00975 gram
Persamaan
ioniknya:
3Na+ (aq) + 2OH- (aq) + Cu2+ (aq) + SO42- (aq) → Na2+ (aq) + SO42- (aq) + Cu(OH)2 (s).
persamaan ionik
totalnya :
Cu2+ (aq) + OH- (aq) → Cu(OH)2 (s)


















0 komentar:
Posting Komentar