Percobaan 3
PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK:
Ekstraksi dan Isolasi Kafein dari Daun Teh
I.
Tujuan
· Menentukan Rf kafein hasil ekstraksi dari Daun Teh
dengan metode KLT
· Menentukan warna uji alkaloid dengan sinar UV
II.
Dasar
Teori
Ekstraksi
adalah metode pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau lebih
senyawa dari satu fasa ke fasa lain berdasarkan prinsip kelarutan. Kelarutan
senyawa dalam suatu pelarut dinyatakan sebagai jumlah gram zat terlarut dalam
100 ml pelarut pada 25oC. Senyawa akan larut dalam suatu pelarut
jika kekuatan atraksi kedua molekul adalah sesuai.
Partisi zat-zat terlarut
antara 2 cairan yang tidak campur menawarkan banyak kemungkinan yang menarik
untuk pemisahan analitis. Bahkan dimana tujuan primer bukan analitis tapi
preparatif, eksrtraksi pelarut merupakan suatu langkah penting dalam urutan
yang menuju ke suatu produk murni itu dalam laboratorium organik, anorganik,
atau biokimia. Seringkali suatu pemisahan ekstraksi pelarut dapat diselesaikan
dalam beberapa menit.
Proses ekstraksi pelarut
berlangsung dalam 3 tahap, yaitu :
1.
Pembentukkan kompleks yidak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi.
2.
Distribusi dari kompleks yang terekstraksi
3.
Interaksinya yang mungkin dalam fase organik.
Tiga metode dasar dalam
ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap (batch) ekstraksi kontinyu
dan conter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling
sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak
bercampur dengan pelarut semula. Kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi
kesetimbangan konsentrasi zat yang akan di ekstraksi pada kedua lapisan.
Setelah ini tercapai, lapisan didiamkan dan dipisahkan. Metode ini sering
digunakan untuk pemisahan analitik. Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada
banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Hasil yang baik diperoleh jika jumlah
ekstraksi yang dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut sedikit-sedikit.
Ekstraksi terdiri dari ekstraksi cair-cair,
ekstraksi padat-cair, dan ekstraksi asam-basa. Ekstraksi
padat-cair biasa mengekstrak zat padat dari zat cair. Ekstraksi asam-basa
merupakan jenis ekstraksi yang didasarkan pada sifat asam dan basa senyawa
organik (misal: ekstraksi alkaloid di praktikum modul 8). Pada praktikum ini
dilakukan ekstraksi padat-cair kafein dari teh dan ekstraksi cair-cair.
Kafein adalah sejenis senyawa
alkaloid yang termasuk golongan metilxanthine (1,3,7-trimethylxantine). Efek
psikologis yang dihasilkan dapat beragam dan bisa menyebabkan ketergantungan.
Kafein cukup banyak terkandung dalam the (30-75 mg/cangkir), selain itu daun
teh juga mengandung tannin dan sejumlah kecil klorofil. Struktur kafein
terbangun dari system cincin purin, yang secara biologis penting dan
diantaranya banyak ditemukan dalam asam nukleat.
Alkaloid adalah senyawa yang mengandung atom
nitrogen dalam strukturnya dan banyak ditemukan dalam tanaman. Senyawa alkaloid
umumnya memiliki rasa pahit dan seringkali memiliki sifat fisilogis aktif bagi
manusia.
Alkaloid adalah senyawa organik
mirip alkali yang mengandung atom nitrogen yang bersifat basa dalam cincin
heterosiklik. Karena bersifat basa, tumbuhan yang mengandung alkaloid biasanya
terasa pahit. Keberadaan alkaloid pada tumbuhan sendiri tidaklah merupakan zat
metabolisme, namun lebih merupakan senyawa metabolit sekunder yang memiliki
lebih banyak fungsi eologis daripada fungsi merabolisme itu sendiri. Beberapa
ahli menyatakan bahwa alkaloid berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari
serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk
mempertahankan keseimbangan ion.
Dari segi biogenetik, alkaloid
diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang
menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid
jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama
yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu
aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau
fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan
metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis
alkaloid.
Kromatografi adalah suatu metode
yang digunakan untuk memisahkan senyawa organik dan anorganik sehingga senyawa
tersebut dapat dianalisis dan dipelajari. Dengan menganalisis senyawa, kita
dapat mengetahui apa saja unsur-unsur yang membentuknya. Kromatografi juga
merupakan metode sisik yang baik untuk digunakan sebagai metode analisis suatu
campuran dan pelarutnya.
Metode kromatografi memisahkan dua
atau lebih senyawa atau ion berdasarkan pada perbedaan migrasi dan distribusi
senyawa atau ion tersebut dalam dua fasa yang berbeda. zat terlarut dalam suatu
fasa gerak mengalir pada suatu fasa diam. Hal ini menjadi sebab keberadaan fasa
gerak dan fasa diam dalam semua jenis kromatografi. Pada posisi yang
berbeda-beda, senyawa atau ion ini akan tertahan dan terabsorpsi pada fasa
diam, dan kemudian satu persatu akan terbawa kembali oleh fasa gerak yang
melaluinya.
Tipe kromatografi yang digunakan
pada percobaan ini adalah kromatografi lapis tipis. Metode ini menggunakan
material adsorben pada pelat kaca, plastik atau alumunium tipis. Metode ini
merupakan metode yang sederhana dan cepat untuk menguji kemurnian suatu senyawa
organik.
KLT dapat digunakan untuk memisahkan
senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan
hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga
dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi
yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara
kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut yang dipilih
untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang
dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang
tidak bereaksi dengan pereaksi – pereaksi yang lebih reaktif seperti asam
sulfat.
Data yang diperoleh dari KLT adalah
nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf
untuk senyawa–senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari
senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak
yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh
oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf
selalu lebih kecil dari 1,0.
III. Prosedur Kerja
A.
Ekstraksi padat-cair : ekstraksi kafein dari teh
10 kantong teh celup dimasukkan ke
dalam labu erlenmeyer 250 mL beserta 20 gram natrium karbonat dan tambahkan 225
mL air mendidih. Larutan di diamkan selama ± 7 menit, kemudian tambahkan lagi
50 mL air panas lalu segera dekantasi ekstrak teh dan kemudian gabungkan dengan
ekstrak teh sebelumnya. Untuk mengekstrak
sisa kafein yang ada didihkan kembali air berisi kantong teh selama 20
menit, lalu dekantasi ekstraknya. Ekstrak the didingkan hingga mencapai suhu
kamar, lakukan ekstraksi di dalam corong pisah 125 mL ( masukkan ± 50-60 ml
ekstrak teh), corong pisah kemudian di kocok secara perlahan selama 5 menit,
sambil membuka kran corong pisah untuk mengeluarkan tekanan yang ada di dalam
corong. Ulangi ekstraksi dengan menambahkan 15 mL diklorometana ke dalam corong pisah (2x15ml).
Gabungkan ekstrak diklorometana ( jika terbentuk emulsi, pisahkan dengan
menggunakan pipet terlebih dahulu untuk mengambil fraksi bening). Kemudian
tambahkan kaslium klorida anhidrat de dalam gabungan ekstrak, sambil diaduk
selama ± 10 menit. Dekantasi ekstrak diklorometana jangan sampai gumpalan
kalsium klorida anhidrat ikut terbawa. Bilas erlenmeyer dengan 5mL
diklorometana. Gabungkan filtat dan uapkan di evaporator.
B.
Uji kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Hasil ekstraksi di larutkan dengan
sedikit diklorometana atau klroroform. Kemudian larutan sample ini ditotolkan
diatas pelat KLT sampai nodanya cukup tebal. Lakukan elusi KLT menggunakan
eluen eti asetat-metanol =3:1 dan lakukan elusi juga dengan eluen
kloroform-metanol 9:1. Lakukan elusi sampai batas pelat, keluarkan dan
keringkan diudara. Kemudian semprot dengan dragendroff dan segera keluarkan.
Kemudian panaskan pelat KLT tersebut di atas pemanas listrik hingga kering. Adanya
alkaloid ditunjukkan oleh noda pada pelat yang berwarna jingga. Tentukan Rf
masing-masing noda.
IV.
Hasil
Pengamatan
Perlakuan
|
Hasil pengamatan
|
A.Ekstraksi Padat-cair : kafein dari
daun the
· 10 kantong teh celup
· + 20 gran Na2CO3
· + air panas 225 ml dan dekantasi
karutan the
· + 50 ml air panas dan gabungkan
dengan eksktrak sebelumnya
· Didihkan untuk mengekstrak sisa
kafein
· Dinginkan larutan the
· Ekstraksi dicorong pisah 125 ml
· Penambahan 20 ml etil asetat
pertama dan membuka keran pertama
· Penambahan etil asetat 15 ml dan
membuka keran kedua
· Penambahan etil asetat 5 ml ketiga
dan membuka keran ketiga
· Pisahkan fasa atas atau emulsi
dengan pipet tetes
· + MgCl2 dan diaduk selama 10 menit
· Uapkan di evaporator hasil
ekstraksi pada suhu 50ᵒ C dan tekanan 480 atm
· + 5ml etil asetat ke dalam labu
bundar
|
· Serbuk coklat dalam kantong the
· Serbuk putih
· Larutan berwarna coklat pekat
Na2CO3 mulai larut, ekstrak ke-1
· Volume larutan bertambah, larutan
berwarna coklat pekat
· Terdapat gelembung berbuih hingga
larutan meluap, tercium aroma the
· Larutan berubah menjadi coklat
pekat sangat pekat
· Larutan berada dicorong pisah
sebanyak 50 ml
· Ada uap yang keluar, berbuih,
terdapat gelembung kecil
· Ada uap yang keluar, berbuih,
terbentuk 2 fasa namun tak terlihat kasat mata
· Ada uap, terdapat 2 fasa : fasa
atas tak berwarna, fasa bawah berwarna coklat pekat (emulsi)
· Didapatkan volume fasa tak
berwarna ± 10 ml
· Berbentuk serbuk putih, tidak
larut sempurna, serbuk berada di dasar erlenmeyer
· Etil asetat menguap tertampung
pada labu bundar, kafein tertinggal dalam labu bundar (volume kafein sedikit)
· Larutan berubah menjadi kuning
seulas
|
B.
Uji
Kromatografi lapis tipis
·
Larutkan
hasil ekstraksi dengan kloroform atau diklorometana
·
Totolkan
hasil ekstraksi pada pelat KLT
·
Lakukan
elusi KLT dengan etil asetat - metanol 9:1 dan kloroform- metanol 3:1
·
Keringkan
dan lihat di sinar UV
|
· Hasil ekstraksi kuning seulas
· Sampel meresap pada pelat
· Etil-asetat dan methanol merambat
ke bagian atas pelat KLT
· Ada warna orange muda
|
Perhitungan :
·
%etil
asetat : Titik 1 = 0,1
Titik 2 = 0,2
·
%kloroform
Titik 1 = 0,5
Titik 2 = 3,1
·
Rf
etil 1 = 

=
= 0,0125

·
Rf
etil 2 = 

=
= 0,275

·
Rf
kloroform 1 = 

=
= 0,0625

·
Rf
kloroform 2 = 

=
= 0,3875

V.
Pembahasan
Pada percobaan kali ini kami menggunakan metode ekstraksi
padat-cair untuk memisahkan kafein dari daun teh. Sederhananya, metode
ekstraksi padat-cair berarti mengekstraksi suatu zat dari fasa padat (daun teh)
kemudian mengubahnya menjadi fasa cair (larutan kafein-diklorometana). Efesiensi
ekstraksi padat-cair ditentukan oleh besarnya ukuran partikel zat padat yang
mengandung zat organik dan banyaknya kontak dengan pelarut. Oleh karena itu,
dalam pelaksanaan percobaan ekstraksi kafein dari daun teh kami melakukannya
dua kali dengan tujuan agar kafein yang terekstraksi semakin banyak.
Pertama daun teh kering ditambahkan dengan
Na2CO3 dengan tujuan untuk membantu pendesakkan kafein dalam daun
teh sehingga melarut dalam air atau dengan kata lain untuk mengikat bahan-bahan
yang tekandung dalam teh. Mendidihkan larutan dimaksudkan untuk memisahkan
kafein dan zat-zat lain dalam teh karena Na2CO3 larut dalam keadaan
panas. Na2CO3 memiliki BM yang tinggi yaitu 105,97 gram/mol akan
mengendap apabila dingin sehingga larutan perlu disaring dalam keadaan panas.. Proses pemanasan ini sangat berperan dalam mendukung difusivitas yaitu
masuknya pelarut air menembus bahan padat daun teh dan melarutkan kafein dari
daun karena perbedaan konsentrasi yang besar antara pelarut dn bahan.
Difusivitas ini memerlukan perbedaan temperatur dan tekanan yang signifikan
yang dapat di peroleh melalui pendidihan larutan. Hasilnya adalah sari daun teh
tersebut larut dengan warna larutan coklat tua dan ampas daun teh diatasnya, sedangkan
Na2CO3, menjdi endapan putih di dasar larutan sehingga tidak
mengganggu larutan yang di inginkan.
Pendingin pada larutan bertujuan agar
pelarutan ekstrak daun teh dalam air benar-benar sempurna ( larut secara
maksimal ).Penambahan diklorometana atau etil asetat berfungsi mengikat kafein
yang tadinya berbentuk garam dengan Na+ menjadi berikatan
diklorometana atau etil asetat. Sebab
kepolaran kafein hampir sama dengan etil asetat
tersebut, sehingga kelarutan kafein cukup besar di dalam etil asetat,
sementara kelarutan kafein di dalam air lebih rendah. Penambahan magnesium
clorida berfungsi untuk mengikat air
yang masih terbawa dalam larutan diklometana-kafein. Pada saat larutan berada di dalam corong
pemisah ini terlihat bahwa ada dua fraksi dimana fraksi atas yang tidak
berwarna dan fraksi bawa adalah emulis. Kemudian ambil fraski bening
menggunakan piepet ke erlenmeyer. Kami menambahkan kalsium klorida anhidrat, tujuan penambahan CaCl2 anhidrat adalah untuk pengikatan
fasa air yang terikut sertakan pada pemisahan fasa diklorometan dan fasa air
dengan menggunakan corong pisah (pengeringan). Fasa air bisa ikut serta karena
dua hal. Pertama adalah karena ketidaksengajaan memasukkan fasa air atau
emulsi. Kedua, adalah karena air sedikit larut dalam pelarut senyawa organik
seperti diklorometan yang digunakan dalam praktikum ini.
Kafein yang telah dipisahkan, dievaporasi agar menguapkan etil asetat yang
masih terdapat pada kafein. etil asetat menguap saat evaporasi karena sifat etil
asetat yang mudah menguap.
Pada analisis Rf, data yang diambil adalah dengan jarak noda
yang paling mendekati batas atas. Karena digunakan etil asetat : metanol = 3:1
sebagai eluen, yang merupakan eluen yang bersifat nonpolar. Sehingga noda dapat
terbawa lebih jauh mendekati garis batas atas, sedangkan kafein sendiripun
bersifat nonpolar. Pada kromatografi menggunakan eluen kloroform : metanol =
9:1, lebih bersifat polar, sehingga kafein yang lebih bersifat nonpolar menjadi
lebih sulit untuk naik ke atas.Rf yang kami dapat pada etil titik 1 adalah
0,0125, etil titik 2 0,275. Rf kloroform titik 1 0,0625, kloroform titik 2
0,3875. Karena itu, pembandingan Rf dari suatu zat yang kita cari dengan
pelarut dapat dilakukan dengan baik. Pemilihan jenis absorben sebagai fasa diam
dan sistem pelarut sebagai fasa gerak haruslah dilakukan dengan tepat. Absorben
dan pelarut harus dipilih sedemikian rupa agar terjadi kesetimbangan. Jika
absorben mengikat semua molekul terlarut dengan kuat, maka senyawa-senyawa
tersebut tidak akan turun keluar kolom. Sementara itu, jika pelarut mengikat
semua molekul terlarut dengan kuat, maka senyawa-senyawa tersebut akan dengan
mudah keluar dari kolom tanpa adanya pemisahan. Diberikan penandaan pada garis
di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan
menggunakan ekstraksi, pewarna dari ekstrak akan bergerak selayaknya
kromatogram dibentuk. Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan
ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang
tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah
garis dimana posisi bercak berada.Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk
meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut.
Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa
kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia
dengan uap mencegah penguapan pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada
lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak
pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.
VI. Kesimpulan
·
Rf
kafein dengan eluen etil asetat-metanol titik 1 0,1 dan etil
asetat-metanol titik 2 2,2, sedangkan
dengan eluen kloroform-metanol titik1
adalah 0,5 dan kloroform-metanol titik 2 3,1.
·
Warna pada uji alkaloid adalah warna kuning
jingga yang menandakan adanya alkaloid
VII.
Daftar
Pustaka
·
Posto, D., Johnson, C.,
Miller, M.1992. Experiments and Techniques in Organic Chemistry. New Jersey.
Prentice Hall, Inc. Halaman 56-59, 399-404.
·
Solomons, T.W. Graham.,
Fryhle, Craig B. 2011. Organic Chemistry Tenth Edition. New Jersey. John Wiley
& Sons, Inc. Halaman 972-973.
·
http://en.wikipedia.org/wiki/Caffeine
(28 Oktober 2015, pukul 22.31 WIB)
·
http://www.artikelkimia.info/search/pemurnian+koloid/feed/rss2/
(28 Oktober 2015, pukul 21.00 WIB).
·
www.sciencestuff.com/msds/C1410.html
(28 Oktober 2015, pukul 19.10 WIB).
·
Day, R. A. Jr dan A. L.
Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar