Praktikum ini dilakukan
untuk mengetahui kandungan protein dari berbagai bahan uji yang akan
dicampurkan oleh pereaksi untuk mendapatkan warna yang menentukan apakah bahan
uji mengandung protein atau tidak dan apa saja protein di dalam bahan uji
tersebut. Berikut bahan uji yang akan digunakan, yaitu :
a) Putih telur
Putih telur mengandung albumin dimana
bobot molekulnya sebesar 17.000-70.000. Albumin mengandung belerang, namun
miskin akan residu asam amino glisin. Larutannya dalam air menggumpal apabila
dipanaskan dan mengendap bila ditambah larutan ammonium sulfat jenuh.
(Sumardjo, Damin. 174)
Asam amino yang larut dalam air
diperoleh dari putih telur atau susu skim, berperan dalam sintesis protein dan
sebagai bahan pembuat asam amino tirosin. (Kamus Gizi : Pelengkap Kesehatan
Keluarga. 63)
b) Susu
Kasein dalam susu merupakan
fosfoprotein. Fosfoprotein adalah asam fosfat yang terikat dalam bentuk ester
pada radikal hidroksil residu asam amino serin atau treonin, protein sederhana
penyusunnya. Protein ini tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan basa.
Larutannya dapat diendapkan dengan penambahan larutan asam encer. (Sumardjo,
Damin. 176)
Asam amino yang larut dalam air diperoleh dari putih
telur atau susu skim, berperan dalam sintesis protein dan sebagai bahan pembuat
asam amino tirosin. (Kamus Gizi : Pelengkap Kesehatan Keluarga. 63)
Biuret
Pada
uji biuret, protein yang digunakan adalah albumin, putih telur, dan susu cair. Komposisi dari reagen ini adalah senyawa kompleks yang
mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan Nitrogen (N) dan
merupakan hasil reaksi pada suhu yang tinggi.Uji biuret dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui ada tidaknya ikatan peptida dalam suatu larutan.
keenam larutan ini ketika diberi perlakuan yang sama
yaitu direaksikan dengan 1ml NaOH 2,5N
yang dilanjutkan dengan mereaksikannya kembali dengan beberapa
tetes CuSO4 0,01M.
Hasil yang didapatkan relative sama, yaitu larutan pada akhirnya memberikan
warna ungu setelah penambahan CuSO4
![]() |
.
Hal tersebut dapat menandakan terbentuknya ion kompleks antara Cu2+
dengan gugus amino. Perubahan larutan yang terjadi inilah yang biasanya menyatakan bahwa uji
Biuret yang dilakukan pada kelima larutan protein ini bersifat uji positif.
Yang memperlihatkan bahwa pada larutan putih telur, kuning telur, albumin,
tirosin, dan triptofan mengandung ikatan peptida.
Xantoprotein
Uji Xantoproteat merupakan uji untuk menunjukan adanya
inti benzene (cincin fenil) pada suatu sampel protein. Dalam uji Xantoproteat,
inti benzene akan ternitrasi oleh asam nitrat pekat membentuk turunan
nitrobenzene berwarna kuning tua. Pada suasana basa (ditambahkan larutan basa),
uji Xantoproteat akan mengubah kompleks warna kuning tua pada sampel menjadi
warna
orange.

Gambar. Reaksi Uji Xantoproteat (Bintang,2010)
Dalam percobaan ini semua sampel menghasilkan uji yang
positif terhadap reagen xantropoteat yang ditandai dengan terbentuknya kompleks
berwarna kuning tua/kuning muda ketika berada dalam suasana asam (ditambahkan
HNO3) dan terbentuk kompleks berwarna jingga/kuning ketika berada
dalam suasana basa (ditambahkan NaOH). (Poedjiadi 2007) Fungsi penambahan HNO3
adalah sebagai penyebab terjadinya reaksi nitrasi karena inti
benzena dari asam amino akan bereaksi dengan HNO3 dan menghasilkan campuran berwarna kuning.
(Girindra 1986)



Gambar. Asam Amino Mengandung Inti Benzena
(Fidanci,2013)
Hasil percobaan menunjukkan, larutan protein yang
menghasilkan reaksi positif terhadap uji ini adalah kasein 0,1%pepton 0,1%
gelatin 0,1%
dan fenol 0,1%
Hal ini
menunjukkan bahwa di dalam ketiga zat uji tersebut terdapat asam
amino yang mengandung inti benzena, yaitu tirosin, fenilalanin, atau triptofan.
Hopskins-cole
Uji
hopkins cole merupakan uji kimia yang digunakan untuk menunjukkan adanya asam
amino triptofan. Pereaksi yang dipakai mengandung asam glioksilat. Kondensasi 2
inti induk dari trptofan oleh asam glioksilat akan menghasilkan senyawa
berwarna ungu. Reaksi positif ditunjukkan dengan adanya cincin ungu pada bidang
batas.

Gambar.
Triptofan (Annonymous, 2012)

Gambar.
Reaksi Hopkins-Cole (Annonymous, 2012)
Ketika semua bahan telah dicampur terbentuk 2 lapisan dan ada
lingkaran berwarna ungu. Hal ini menunjukkan bahwa protein cair ini positif
mengandung triptofan. Triptofan
ini mengandung gugus indol yang akan berkondensasi dengan aldehid bila ada asam
kuat yaitu H2SO4 sehingga terbentuk cincin berwarna ungu
dibagian atas. Dalam hal ini sebagai H2SO4 oksidator kuat.
Pb-asetat
Uji ini digunakan untuk menentukan adanya senyawa belerang
atau sulfur pada asam amino yang berupa sistin dan metionin. Larutan yang
positif mengandung gugus belerang ditandai dengan perubahan warna ataupun
endapan berwarna hitam. Berdasarkan hasil percobaan di peroleh bahwa albumin
terjadi reaksi positif sedangkan kasein, gliserin, tirosin dan fenol terjadi
reaksi negatif. Dengan demikian albumin mengandung sistin dan mentionin yang
merupakan asam amino yang mengandung gugus belerang (S). Endapan yang dihasilkan
adalah PbS yang merupakan hasil reaksi antara Pb asetat dengan asam amino.
Peran NaOH adalah untuk memutuskan ikatan S, sehingga S dapat berikatan dengan
Pb asetat membentuk PbS atau endapan. Sedangkan Pb berperan sebagai donor untuk
Pb+.
S2+(aq)
+ Pb2+(aq) à PbS(s)
Pengendapan dengan logam-logam
Pada uji pengendapan dengan logam, digunakan garam logam
HgCl2 dan Pbasetat, dengan protein yang sama. Penambahan garam
logam berat seperti Pb-asetat dan HgCl2 akan membentuk
endapan logam proteinat. Ikatan yang terbentuk amat kuat dan akan memutuskan
jembatan garam, sehingga protein mengalami denaturasi. Secara bersama gugus –COOH dan gugus –NH2 yang
terdapat dalam protein dapat bereaksi dengan ion logam berat dan membentuk
senyawa kelat. Ion-ion yang dapat membentuk endapan logam dengan protein antara
lain adalah Ag+, Ca++, Zn++, Hg++,
Fe++, Cu++, Co++, Mn++ dan Pb++.
Selain gugus –COOH dan gugus –NH2, gugus –R pada molekul asam amino
tertentu dapat pula mengadakan reaksi dengan ion atau senyawa lain.
). Jumlah endapan yang dihasilkan dipengaruhi oleh
kereaktifan logam berat yang ditambahkan. Logam Hg lebih reaktif daripada Pb
kerena kedua logam tersebut merupakan logam transisi pada sistem periodik unsur. Karena itu
seharusnya yang terjadi pada percobaan adalah endapan pada penambahan logam Hg lebih banyak dari logam
Pb.
Reaksi antara logam dengan protein dapat menyebabkan terputusnya rantai samping
pada protein yang menyebabkan protein menjadi tidak aktif. Selain itu, logam
tersebut dapat memutuskan ikatan disulfida dan ikatan pada jembatan garam.
Protein yang terdenaturasi terlihat dari endapan putih yang terbentuk.
Tes
helier
Uji Heller digunakan
untuk mengetahui adanya kandungan protein dalam bahan uji dengan cara
mendenaturasikan menggunakan pH asam. Perubahan pH yang terjadi karena
penambahan asam mineral atau penambahan basa pada protein dapat merusak ikatan
garam yang terdapat pada protein tersebut. Ikatan garam dalam molekul protein
adalah secara ionic dan terjadi karena gaya tarik-menarik Antara gugus –COO-
dan gugus NH3+ yang berdekatan. Penambahan asam
berarti penambahan ion H+ akan mengubah –COO- menjadi
COOH dan mengakibatkan gaya tarik-menarik hilang atau kerusakan ikatan garam
dalam molekul protein. Penambahan basa yang berarti penambahan ion OH-
akan mengubah –NH3- menjadi
–NH3 dan air, yang
mengakibatkan hilangnya gaya tarik-menarik atau rusaknya ikatan garam pada
protein tersebut. Penambahan asam atau basa pada kondisi ekstrem ke dalam
larutan protein tidak hanya merusak ikatan garam tersebut, tetapi juga memutus
ikatan-ikatan peptide yang terdapat dalam molekul protein. Produk denaturasi disebut
protein terkoagulasi yang tidak larut dalam air tapi larut dalam larutan basa
kuat dan asam kuat karena terhidrolisis menjadi bagian-bagian yang lebih
sederhana. (Sumardjo, Damin. 191) Putih telur memberikan hasil positif dengan
terbentuknya presipitasi putih Antara dua larutan, yaitu larutan bahan uji dan
larutan HNO3. Presipitasi ini terbentuk akibat denaturasi protein
dari putih telur akibat penambahan larutan HNO3 pekat sehingga hal
ini sesuai teori bahwa putih telur mengandung protein.
Salting
out
Pada uji pengendapan dengan garam digunakan garam ammonium
sulfat. Penggumpalan yang terjadi setelah penambahan garam disebabkan oleh
tertariknya mantel air koloid hidrofil oleh elektrolit, peristiwa ini disebut salting
out. Endapan protein tersebut diuji kelarutannya terhadap air, dan
menunjukkan bahwa endapan tersebut larut dalam air. Endapan yang melarut
kembali berarti albumin mengalami denaturasi dapat balik (reversible)
atau redenaturasi yang hanya mengganggu ikatan struktur tertier protein pada
salah satu ikatan rantai samping. Namun, endapan tersebut seharusnya tidak
larut air karena salting out. Kondisi ini menyebabkan protein tidak
dapat lagi melarutkan garam sehingga larutan jenuh. Uji Millon yang dilakukan
terhadap endapan yang terbentuk menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya
warna merah bata, yang membuktikan bahwa endapan tersebut mengandung protein.
Hal ini menunjukkan bahwa penambahan garam tidak merusak protein, garam hanya
menutupi permukaan protein yang aktif. Pada filtrat yang menghasilkan uji
positif (memberikan warna ungu) pada uji biuret menunjukkan bahwa masih
terdapat protein yang belum mengendap sempurna, sehingga masih terdapat protein
dalam filtrat. Seharusnya, protein dapat mengendap sempurna, sehingga
memberikan uji negatif atau menghasilkan warna biru pada uji biuret.
Koagulasi
Pada uji koagulasi, protein direaksikan dengan asam asetat
kemudian dipanaskan. Hasilnya, protein menggumpal atau terkoagulasi. Panas
digunakan untuk mengacaukan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik non polar
pada protein sehingga protein albumin terdenaturasi dan terkoagulasi sehingga
kemampuan mengikat airnya menurun. Hal tersebut dapat terjadi karena suhu
tinggi dapat meningkatkan energi kinetik dan menyebabkan molekul penyusun
protein bergerak atau bergetar sangat cepat sehingga mengacaukan ikatan molekul
tersebut. Hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya
interaksi non-kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak
memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida. Penambahan asam asetat
bertujuan agar larutan albumin mencapai pH isolistriknya, titik isolistrik
albumin berada pada pH 4.55-4.90 (Poedjiadi 1994). Muatan gugus amino dan
karboksil bebas akan saling menetralkan pada pH isolistrik sehingga molekul
bermuatan nol dan mudah diendapkan (Winarno 2002). Ketika pemanasan dilakukan
dan mencapai temperatur diatas 60oC kelarutan
protein akan berkurang karena pada temperatur yang tinggi energi kinetik
molekul protein meningkat sehingga terjadi getaran yang cukup kuat untuk
merusak ikatan atau interaksi rantai samping pada struktur tertier dan
kuartener yang menyebabkan koagulasi. Hasil uji koagulasi protein menunjukkan
bahwa endapan tidak larut air yang berarti protein telah terdenaturasi oleh
pemanasan yang dilakukan. Pada filtrat yang menghasilkan uji positif
(memberikan warna ungu) pada uji biuret menunjukkan bahwa masih terdapat
protein yang belum mengalami koagulasi sempurna, sehingga masih terdapat
protein dalam filtrat. Seharusnya, protein dapat mengendap sempurna, sehingga
memberikan uji negatif atau menghasilkan warna biru pada uji biuret.
Formol
0 komentar:
Posting Komentar